“Apa yang anda pikirkan saat mendengar nama kota Bengkulu
sekarang? Pantainya yang indah? Bangunan bersejarah? atau keduanya?.
Terfikirkah untuk menikmati indahnya pantai dari atas bangunan bersejarah?.
Bisa anda dapatkan di kota panas bernama Bengkulu ini, yaitu di Fort
Marlborough atau biasa disebut Benteng Marlborough oleh masyarakat setempat.”
Dahulu
bangsa Eropa mengenal Bengkulu sebagai daerah monopoli lada dan pusat
perdagangan. Bangsa Eropa mendatangi Bengkulu untuk hubungan dagang. Setelah
kepergian Verenigde Oostindische Compagnie (VOC), Hindia Timur Belanda
tahun 1670, Inggris melalui East India Company (EIC) datang tahun 1685.
Kolonial Inggris menguasai Bengkulu selama 140 tahun, terhitung mulai dari
tahun 1685 dan berakhir pada tahun 1825 dengan adanya perjanjian London (Treaty
of London) yang berisi penyerahan daerah kekuasaan Inggris kepada Belanda.
Pada masa
Inggris berkuasa, Inggris membangun sarana dan prasarana untuk menunjang
imperialismenya di Bengkulu. Salah satu yang dibangunnya adalah benteng
Marlborough dengan gaya Eropa untuk mempertahankan kekuasaan Inggris di kawasan
pantai barat Sumatera dari ancaman Belanda. Selain itu juga dimaksudkan untuk
mempertahankan daerah Bengkulu sebagai daerah monopoli lada dan pusat
perdagangan.
Benteng
Marlborough. Letaknya yang berdekatan dengan pusat kota memudahkan anda untuk
menjangkaunya. Cukup dengan mengendarai kendaraan pribadi atau angkutan umum ke
Desa Kebon Keling, Kelurahan Kampung Cina, Kecamatan Teluk Segara, Kota
Bengkulu.
Disana
anda akan disambut oleh tiga persimpangan yang bisa membuat anda bimbang. Sebab
simpangan pertama adalah Taman Tapak Paderi yang menawarkan keindahan Pantai
Tapak Paderi, simpangan kedua akan menghantarkan anda ke jalan menuju Benteng
Marlborough yang menawarkan keangkuhan bangunan tuanya, dan
simpangan terakhir akan menghantarkan anda ke perkampungan cina.
Anda bisa
menikmati semuanya jika memilih persimpangan menuju Benteng Marlborough.
Cukup berjalan beberapa meter dari simpangan tersebut, anda akan mendapati
gerbang masuk Benteng Marlborough. Dengan membayar uang tiket
masuk seharga Rp 2.500,00 anda bisa memulai penjelajahan di Benteng
Marlborough.
Benteng
Marlborough berdiri kokoh di lahan seluas 44.100 meter persegi yang dikelilingi
parit-parit besar sebagai batasnya. Benteng ini berbentuk kura-kura dengan
kepala menghadap ke arah barat daya. Pada bagian kepala dan badan dihubungkan
oleh jembatan yang tampak seperti bagian leher kura-kura. Anda akan memulai
penjelajahan melalui pintu masuk yang dihubungkan oleh jembatan di sisi kanan
mata kura-kura. Pintu masuk juga terdapat di bagian belakang benteng yang
duhubungkan dengan jembatan yang membentuk bagian ekor kura-kura. Dulunya
jembatan itu bisa diangkat dan diturunkan.
Masuk
melalui mata ataupun ekor sama saja, anda akan menemukan badan benteng
didalamnya. Pada bagian dalam benteng ada beberapa bangunan memanjang yang
dulunya adalah tempat penyimpanan senjata, ruang tahanan, perkantoran, serta
halaman terbuka yang ditumbuhi rerumputan hijau. Ruang tahanan berupa ruang
berukuran sekitar 1,5 x 1,5 meter yang berpintu jeruji besi yang jumlahnya
cukup banyak terdapat di dalam setiap ruangan.
Angin pantai
jelas terasa saat anda berada di benteng ini, apalagi jika anda sedikit
bergeser menuju tepian badan benteng. Deru ombak akan semakin kuat memanggil
anda. Mata akan dimanjakan dengan pemandangan pantai Tapak Paderi dan laut luas
yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia.
Setelah
puas anda berkeliling di bagian kepala dan badan benteng ini , anda bisa
melanjutkan penjelajahan ke bagian kaki benteng yang merupakan bagian kaki
kura-kura. Di setiap kaki kura-kura berfungsi sebagai Bastion yaitu bagian yang
terdapat beberapa meriam berukuran kecil dan besar. Banyak pengunjung yang
duduk di beton yang mengitari meriam sembari memandang laut. Di bagian bawah
kaki kura-kura terdapat terowongan berukuran 6x2 meter yang dulunya digunakan
sebagai jalan keluar dari kepungan musuh.
Melanjutkan
penjelajahan ke bagian belakang benteng yaitu bagian ekor. Disana anda akan
menemukan tiga buah makam, yaitu makam Thomas Parr, Charles Muray dan satu
makam tak dikenal. Di belakang pintu gerbang masuk terpajang empat buah
prasasti nisan dalam bahasa Inggris yang artinya George Thomas Shaw yang
meninggal tanggal 25 April 1702, Richard Watts yang meninggal 17 Desember 1705
dalam usia 44 tahun, Henry Stirling yang meninggal pada bulan April 1744 dalam
usia 25 tahun dan yang terakhir bertuliskan Capt.James Coney yang meninggal
Februari 1737 dalam usia 36 tahun.
Kepuasan
anda berwisata akan semakin lengkap jika anda mau sedikit menunggu senja hari
datang. Saat senja langit akan berubah kemerah-merahan, matahari dari balik
awan mulai bersembunyi dibelakang laut, burung-burung terbang menambah
keindahannya. Sunset, anda akan menikmati Sunset atau terbenamnya
matahari dari atas benteng. Suasana nyaman dan romantis akan senantiasa merasuk
ke jiwa anda menenangkan hati dan fikiran. Atau anda bisa turun langsung di
pinggiran pantai di sebelah benteng untuk sekedar duduk sambil menikmati jagung
bakar yang banyak dijajakan di pinggir pantai.
Dengan
biaya yang sangat murah, anda bisa mendapatkan pengetahuan sejarah, pemandangan
indah, dan suasana Eropa di sini. Menarik bukan?
tulisan ini telah dipublikasikan di online Pers Mahasiswa SUARA
USU
suarausu.co
0 komentar:
Posting Komentar