Senin, 21 Januari 2013

Menjelajahi Jejak Peninggalan di Masa Penjajahan

          


“Apa yang anda pikirkan saat mendengar nama kota Bengkulu sekarang? Pantainya yang indah? Bangunan bersejarah? atau keduanya?. Terfikirkah untuk menikmati indahnya pantai dari atas bangunan bersejarah?. Bisa anda dapatkan di kota panas bernama Bengkulu ini, yaitu di Fort Marlborough atau biasa disebut Benteng Marlborough oleh masyarakat setempat.”

            Dahulu bangsa Eropa mengenal Bengkulu sebagai daerah monopoli lada dan pusat perdagangan. Bangsa Eropa mendatangi Bengkulu untuk hubungan dagang. Setelah kepergian Verenigde Oostindische Compagnie (VOC), Hindia Timur Belanda tahun 1670, Inggris melalui East India Company (EIC) datang tahun 1685. Kolonial Inggris menguasai Bengkulu selama 140 tahun, terhitung mulai dari tahun 1685 dan berakhir pada tahun 1825 dengan adanya perjanjian London (Treaty of London) yang berisi penyerahan daerah kekuasaan Inggris kepada Belanda.

            Pada masa Inggris berkuasa, Inggris membangun sarana dan prasarana untuk menunjang imperialismenya di Bengkulu. Salah satu yang dibangunnya adalah benteng Marlborough dengan gaya Eropa untuk mempertahankan kekuasaan Inggris di kawasan pantai barat Sumatera dari ancaman Belanda. Selain itu juga dimaksudkan untuk mempertahankan daerah Bengkulu sebagai daerah monopoli lada dan pusat perdagangan.

            Benteng Marlborough. Letaknya yang berdekatan dengan pusat kota memudahkan anda untuk menjangkaunya. Cukup dengan mengendarai kendaraan pribadi atau angkutan umum ke Desa Kebon Keling, Kelurahan Kampung Cina, Kecamatan Teluk Segara, Kota Bengkulu.

            Disana anda akan disambut oleh tiga persimpangan yang bisa membuat anda bimbang. Sebab simpangan pertama adalah Taman Tapak Paderi yang menawarkan keindahan Pantai Tapak Paderi, simpangan kedua akan menghantarkan anda ke jalan menuju Benteng Marlborough yang menawarkan keangkuhan bangunan tuanya, dan simpangan terakhir akan menghantarkan anda ke perkampungan cina.

            Anda bisa menikmati semuanya jika  memilih persimpangan menuju Benteng Marlborough. Cukup berjalan beberapa meter dari simpangan tersebut, anda akan mendapati gerbang masuk Benteng  Marlborough. Dengan membayar uang tiket masuk seharga Rp 2.500,00 anda bisa memulai penjelajahan di Benteng Marlborough.

            Benteng Marlborough berdiri kokoh di lahan seluas 44.100 meter persegi yang dikelilingi parit-parit besar sebagai batasnya. Benteng ini berbentuk kura-kura dengan kepala menghadap ke arah barat daya. Pada bagian kepala dan badan dihubungkan oleh jembatan yang tampak seperti bagian leher kura-kura. Anda akan memulai penjelajahan melalui pintu masuk yang dihubungkan oleh jembatan di sisi kanan mata kura-kura. Pintu masuk juga terdapat di bagian belakang benteng yang duhubungkan dengan jembatan yang membentuk bagian ekor kura-kura. Dulunya jembatan itu bisa diangkat dan diturunkan.

            Masuk melalui mata ataupun ekor sama saja, anda akan menemukan badan benteng didalamnya. Pada bagian dalam benteng ada beberapa bangunan memanjang yang dulunya adalah tempat penyimpanan senjata, ruang tahanan, perkantoran, serta halaman terbuka yang ditumbuhi rerumputan hijau. Ruang tahanan berupa ruang berukuran sekitar 1,5 x 1,5 meter yang berpintu jeruji besi yang jumlahnya cukup banyak terdapat di dalam setiap ruangan.

            Angin pantai jelas terasa saat anda berada di benteng ini, apalagi jika anda sedikit bergeser menuju tepian badan benteng. Deru ombak akan semakin kuat memanggil anda. Mata akan dimanjakan dengan pemandangan pantai Tapak Paderi dan laut luas yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia.

            Setelah puas anda berkeliling di bagian kepala dan badan benteng ini , anda bisa melanjutkan penjelajahan ke bagian kaki benteng yang merupakan bagian kaki kura-kura. Di setiap kaki kura-kura berfungsi sebagai Bastion yaitu bagian yang terdapat beberapa meriam berukuran kecil dan besar. Banyak pengunjung yang duduk di beton yang mengitari meriam sembari memandang laut. Di bagian bawah kaki kura-kura terdapat terowongan berukuran 6x2 meter yang dulunya digunakan sebagai jalan keluar dari kepungan musuh.

            Melanjutkan penjelajahan ke bagian belakang benteng yaitu bagian ekor. Disana anda akan menemukan tiga buah makam, yaitu makam Thomas Parr, Charles Muray dan satu makam tak dikenal. Di belakang pintu gerbang masuk terpajang empat buah prasasti nisan dalam bahasa Inggris yang artinya George Thomas Shaw yang meninggal tanggal 25 April 1702, Richard Watts yang meninggal 17 Desember 1705 dalam usia 44 tahun, Henry Stirling yang meninggal pada bulan April 1744 dalam usia 25 tahun dan yang terakhir bertuliskan Capt.James Coney yang meninggal Februari 1737 dalam usia 36 tahun.

            Kepuasan anda berwisata akan semakin lengkap jika anda mau sedikit menunggu senja hari datang. Saat senja langit akan berubah kemerah-merahan, matahari dari balik awan mulai bersembunyi dibelakang laut, burung-burung terbang menambah keindahannya. Sunset, anda akan menikmati Sunset atau terbenamnya matahari dari atas benteng. Suasana nyaman dan romantis akan senantiasa merasuk ke jiwa anda menenangkan hati dan fikiran. Atau anda bisa turun langsung di pinggiran pantai di sebelah benteng untuk sekedar duduk sambil menikmati jagung bakar yang banyak dijajakan di pinggir pantai.

            Dengan biaya yang sangat murah, anda bisa mendapatkan pengetahuan sejarah, pemandangan indah, dan suasana Eropa di sini. Menarik bukan?

tulisan ini telah dipublikasikan di online Pers Mahasiswa SUARA USU 
suarausu.co


0 komentar:

Posting Komentar