Abang iparnya kepala polisi, mereka
tinggal satu rumah. Tiap kali saat makan malam bersama, abangnya selalu memaki
orang-orang yang nekat mendirikan negara sendiri.
Sesekali
senyum Zakaria merekah, ia tengah senang membayangkan orang-orang pilihan yang
akan ikut dalam aksinya nanti sore. Bagaimana tidak, orang-orang pilihan
tersebut memiliki kekuatan luar biasa yang diyakininya akan memperlancar
aksinya nanti. Geuchik Syawal misalnya, Ia dengar Geuchik syawal mempunyai ilmu
menghilang, jadi zat yang tak teraba dan tak tercium dalam kondisi yang
diperlukan.
Geuchik
Syawal memiliki azimat tulang kucing hitam mata merah yang merupakan
satu-satunya jenis tulang yang mampu memberikan ilmu menghilang tersebut.
Kucing hitam mata merah sangat langka untuk ditemukan akibat banyaknya pemburu
azimat tulang kucing. Selain itu, proses untuk memperoleh tulang tersebut pun
cukup lama. Kucing hitam mata merah yang ditemukan harus dipelihara sampai
jinak dan sampai pemiliknya memiliki rasa sayang yang dalam terhadap kucing
tersebut. Saat sampai di rasa sayang yang mendalam, itulah waktunya untuk
menyembelih kucing hitam mata merah. Setelah disembelih, kucing dikubur di
titik pertemuan empat jalan tanpa diketahui seorang pun. Beberapa waktu
setelahnya saat dirasa daging kucing telah melebur dengan tanah, kuburan kucing
digali dengan mengajak seorang teman. Karena tidak semua tulang kucing tersebut
yang bisa menjadi azimat. Seorang teman akan melihat tulang mana yang saat
dipegang akan membuat si pemilik kucing mampu menghilang.
Azimat
kucing juga mampu membuat orang yang menggandeng tangan pemilik azimat ikut
menghilang. Itulah alasan kenapa Zakaria mengajak Geuchik Syawal ikut dalam
aksinya.
Selain
Geuchik Syawal, Zakaria mengajak Taufik, seorang temannya sejak kecil. Tak ada
yang begitu istimewa dari Taufik hanya saja Ia adalah teman yang cukup setia
bagi Zakaria.
Sore
yang dijanjikan pun tiba. Kali ini Ia akan melaksanakan tugas dari kakak
perempuannya untuk mengantarkan sebuah barang rahasia. Dengan riang dan tenang
ketiga lelaki tersebut menempuh perjalanan menggunakan truk. Berjam-jam waktu
telah terlewati bersama truk, tiga lelaki, dan muatan rahasia. Pos jaga ada di
mana-mana yang membuat mereka seharusnya tetap waspada namun, ini tidak terjadi
pada Zakaria. Ia tenang dengan keyakinan terhadap ilmu menghilang Gheucik
Syawal.
“Kalau bisa mobil ini juga tak terlihat, Chik
Wal,” cetus Zakaria yang dibalas gelak tawa Geuchik Syawal.
Di
tengah-tengah perjalanan, dari kejauhan tampak sorot cahaya lampu mobil-mobil.
Zakaria tak lagi tenang. Mereka akan mengalami masalah besar pikirnya.
Seketika, truk yang sedari tadi dikemudikan oleh Geuchik Syawal berhenti.
Dipandangnya Geuchik Syawal yang terburu-buru keluar dari truk dan berlari ke
arah kebun. Ia berpikir bahwa Geuchik Syawal tengah menyiapkan azimat untuk
membuat mereka menghilang bersama. Namun, tiba-tiba Taufik dengan sigapnya ikut
melompat keluar dari truk, berlari ke arah kebun yang sama dan menghilang dalam
gelap. Zakaria hanya mampu terkesima.
Sepenggal cerita dari cerita pendek Zakaria tersebut merupakan cerpen kedua dalam
buku kumpulan cerpen karya Linda Christianty. Dalam buku yang memuat sepuluh
karya cerpen Linda ini dibuka dengan cerita pertama berjudul Ketika Makan
Kepiting. Yaitu sebuah cerita yang menghadirkan tokoh utama yang penuh
imajinasi. Dengan cerita masa lalunya bersama keluarga tiri yang membuat ia
selalu tidak kebagian makan daging kepiting.
Banyak isu sosial yang dijadikan tema dalam
beberapa cerpen Linda dalam buku ini. Mulai dari pergerakan GAM di Aceh seperti
dalam cerpen Zakaria, kisah seorang cucu dari kakek pemberontak, kekerasan
dalam rumah tangga oleh pasangan sesama jenis, konflik Afghanistan, hingga sebuah
cerpen tentang Luta seorang manusia yang hidup abadi di Kalimantan.
Seperti
karya-karyanya yang lain Dari Jawa Menuju Atjeh yang merupakan kumpulan tulisan
tentang politik, islam, dan gay, di sini Linda juga membumbui konflik politik,
agama, dan gender sehingga cerpen-cerpennya terasa tajam dan cukup berat bagi
penggemar cerpen melankolis. Namun, ada juga beberapa cerpen yang membawa
pembaca ke dalam suasana penuh perasaan. Sebuah cerpen berjudul perpisahan
cukup berhasil membawa pembaca ke dalam suasana sepi dan perasaan ditinggalkan
meski hanya disajikan dengan dialog sederhana antara Hans dan seorang tokoh
tanpa nama.
Secara
keseluruhan, kumpulan cerpen ini sangat baik tersaji dengan variasi tema yang
berbeda dari tiap cerpen. Setiap cerita memiliki daya tarik tersendiri yang
berbeda dari cerita sebelumnya. Hanya saja dalam cerpen terakhir yang
mengisahkan Luta manusia abadi disajikan dengan cara penulisan hampir seperti
artikel sehingga agak sedikit bosan.
Cerpen-cerpen yang dimuat dalam buku ini juga
telah dimuat dalam beberapa media nasional seperti harian Kompas, Koran Tempo,
Media Indonesia, Jurnal prosa, dan beberapa situs internet. Buku ini cocok untuk pembaca yang menyukai
tulisan-tulisan tajam .
Judul : Seekor Anjing Mati
di Bala Murghab
Penulis : Linda Christanty
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit :2012
Jumlah Halaman :131 halaman
0 komentar:
Posting Komentar