Dulu,
aku pernah menginginkan mati semuda mungkin
Aku
merasa, hidup jelas untuk mati
Untuk
apa berlama-lama hidup, menua, menikmati dunia yang kotor
Apalagi
hidup dalam dunia yang penuh kemunafikan seperti ini
Menonton
anjing memakan anjing
Kadang
menonton pementasan sandiwara
Di
mana-mana manusia menggunakan topeng
Mungkin
manusia memang membutuhkan topeng
Kepalsuan
Aku
juga pernah berpikir alangkah beruntungnya tidak pernah terlahirkan
Tidak
tertipu oleh dunia, belum sempat mengenal dunia dan kebohongannya
Tapi,
sudah nasibku terlahir ke dunia
Aku
bisa apa? Itu bukan pilihan lagi
Tapi
itu dulu, saat aku masih egois, saat aku masih memikirkan diri sendiri
Saat
aku masih berpikir hidupku milikku seutuhya
Saat
aku masih berpikir aku hidup hanya untukku sendiri
Saat
aku merasa tak ada manusia yang membutuhkanku
Saat
aku berpikir keputusanku hanya berpengaruh bagiku sendiri
Sekarang,
mati bukanlah pilihan
Tapi,
bagaimana aku hiduplah yang menjadi pilihan
Aku
tak mau hidup hanya sekedar ada
Belum
sempat melakukan apa-apa lalu mati
Baru
melakukan sedikit hal berguna lalu usai, singkat, sedikit
Ini
bukan masalah belum siap mati
Aku
siap mati kapan pun, tapi mati lagi-lagi bukan pilihan
Aku
ingin lebih banyak menyusuri hidup ditengah-tengah hingar bingar dunia
Aku
ingin merasakan semua rasa yang ada di dunia
Aku
ingin berjuang untuk korban-korban kemunafikan dunia
Berjuang
dalam kemungkinan-kemungkinan terkecil
Berjuang
untuk pengharapan yang terlanjur diemban
Sungguh
bukan untuk diri sendiri, untuk mereka
Mereka
yang mengharapkan hidupku
Mereka
yang sebagian hidupnya adalah kehidupanku
Mereka
yang kelak mungkin merasakan manfaatku
Mereka
yang kelak mungkin bisa jadikanku lebih berguna
Sungguh,
hidupku tak akan kumiliki sendiri
Begitulah
cara hidup yang ingin aku pilih
Hidup
lebih lama, kesempatan berguna bagi orang lain lebih lama lagi
Sampai
aku menua, sampai aku tak berguna lagi
Matilah
aku
0 komentar:
Posting Komentar