Sudah banyak surga yang terungkap di wilayah paling barat Indonesia ini. Satu per satu, Pulau Weh menunjukkan eksistensi dan pesonanya. Mulai dari Kota Sabang dengan tugu Sabang-Merauke, Tugu 0 Kilometer Indonesia di Desa Iboih Ujong, pantai-pantai indah yang menjadi lokasi menyelam favorit. Sekarang muncul lagi destinasi yang baru-baru ini mulai dilirik oleh wisatawan di Pulau Weh. Ialah Gua Sarang, yang hadir dengan panorama laut yang biru, aktivitas trekking, snorkeling, hingga jelajah gua yang menjadi sarang burung walet. Gua Sarang terletak di Gampong Iboih, Kecamatan Sukakarya, tepatnya di Balek Gunung atau antara Pantai Pasir Putih dan Lhong Angen.
Lokasi ini tidak
terlalu jauh dari Pantai Iboih yang sudah lebih dulu menjadi primadona di Pulau
Weh. Sehabis snorkeling dan bermain di Pantai Iboih saya dan teman-teman menuju
ke Gua Sarang. Saya sudah terbiasa melihat foto-foto Pantai Iboih, Pulau Rubiah
atau Pantai Anoi Hitam dengan berbagai angle
di internet maupun media lainnya. Setidaknya saya sudah punya gambaran awal
tentang keindahan Pulau Weh. Namun tidak untuk destinasi yang satu ini. Dari
kabar yang saya dengar, Gua Sarang memang baru akhir-akhir ini ramai dikunjungi
oleh muda mudi Sabang yang akhirnya diikuti oleh wisatawan yang datang.
Setibanya di
halaman, saya langsung menyambar ayunan yang sedari tadi bergoyang pelan karena
tertiup angin. Angin yang sepoi serta pemandangan laut yang biru dan
tebing-tebingnya yang menjulang tinggi membuat saya betah duduk berlama-lama di
bawah pohon yang rindang ini.
Bersama seorang
guide yang merupakan warga lokal, saya dan teman-teman dibawa untuk melihat Gua
Sarang. Katanya kita hanya akan melewati sedikit tebing dan menyisir pantai
berbatu tepat di bawah ayunan yang saya duduki tadi. Sebelumnya jika ingin ke
Gua Sarang, orang-orang harus melewati jalur yang terjal dan semak yang
belukar. Namun, saat ini Gua Sarang sedang mempersolek diri dengan memperbaiki
fasilitas jalan untuk menjangkaunya. Beruntunglah kami karena tidak harus
melewati jurang yang curam.
Dengan hati-hati,
pantai berbatu itu saya lewati menuju sebuah gundukan hitam dan besar di depan.
Dari jauh, gundukan itu terlihat menyatu dengan dinding-dinding jurang. Semakin
mendekat barulah terlihat, ternyata itu adalah sebuah batu karang yang terpisah
dengan dinding jurang. Tidak hanya satu, ada tiga batu karang besar yang telah
ditumbuhi pohon-pohon kecil. Tepat di belakangnya terdapat batu karang tinggi
yang menjorok ke belakang sehingga terbentuknya laguna. Di batu karang tinggi
itulah tiga mulut gua yang terbuka berada. Orang-orang menyebutnya Gua Sarang
karena didalamnya terdapat banyak sarang burung walet.
Hari itu kami tidak
sedang berpetualang masuk ke dalam gua. Kami cukup menikmati keindahan di luar
gua dengan berenang dan snorkeling. Tanpa tunggu lama-lama teman-teman saya
sudah berhamburan berenang menuju mulut gua. Kami hanya ingin melihat-lihat
dari luar, tidak untuk masuk. Air laut di depan gua cukup dalam, saya yang
awalnya yakin berenang tanpa alat pengaman jadi urung dan langsung mengenakan pelampung
dan alat bantu pernapasan. Kami berenang bolak balik dari mulut gua menuju batu
karang dan berpindah ke batu karang yang satu ke satunya lagi. Di bawah air
terlihat batu-batu besar dan ikan-ikan kecil. Meski karangnya tidak sebanyak di
Pulau Rubiah, namun masih kita temukan karang-karang hidup yang berwarna warni.
Karena lokasinya yang menghadap langsung ke laut lepas, arus di sini cukup
deras, jadi harus lebih berhati-hati.
Puas berenang
kamipun bergegas untuk kembali naik ke atas. Melewati pantai berbatu dan dibawa
naik dengan jalur berbeda dari saat turun tadi. Inilah yang saya maksud dengan
aktivitas trekking. Dengan kecuraman sekitar 60-70 derajat kami dibawa tepat
menuju pohon rindang dan ayunan yang bergoyang di tiup angin. Tiba di atas satu
persatu kami mengistirahatkan tubuh di bawah pohon dan lembali terlena melihat
indahnya pemandangan di depan mata.
0 komentar:
Posting Komentar