Rabu, 03 Agustus 2016

Sorake, Daya Tarik Ombak yang Mendunia

Peselancar di Sorake, foto milik Bang Agif
Nias memiliki kondisi geografis yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Hal ini membuatnya memiliki banyak pantai dengan potensi ombak besar. Sorake adalah salah satunya yang terkenal di daerah Nias Selatan. Tak tanggung-tanggung, ombak di Sorake bisa mencapai ketinggian 5 - 10 meter di musim-musim tertentu yang membuatnya menjadi lokasi surfing kelas dunia. Mendengar fenomena ombaknya  membuat saya dan beberapa teman melangkahkan kaki menuju Pulau Nias.

Nias Selatan berjarak sekitar 90 km dari pusat Kota Gunungsitoli, atau sekitar 2 jam perjalanan kendaraan bermotor dengan suguhan pemandangan pantai-pantai biru, nyiur kelapa dan aktifitas masyarakat yang khas.

Tiba di Pantai Sorake saya melihat banyak penginapan dengan konsep surf camp  , di depannya banyak papan surfing yang pajang berdiri,di  kiri dan kanan penginapan terlihat para peselancar yang bukan warga lokal. Jalan setapak menuju pantai juga dilintasi oleh banyak bule yang menenteng papan surfing. Di sebuah bangunan papan bertingkat dua dengan teras yang berdempetan saya dan teman menginap.

Pencarian bukti tentang ombak terbaik Nias saya mulai dari sini ketika sepasang mata ini bertemu dengan sepasang mata hijau di teras sebelah penginapan, refleks “Hi” pun terucap dilanjutkan dengan “are you  surfer?”

Matahari tak lagi menyengat, sudah mereda namun tetap menjingga. Air Pantai Sorake yang tadi nampak biru tua mulai terlihat keemasan karena cahaya matahari. Dari teras terlihat semakin banyak manusia yang berada digulungan ombak. Tak puas dari kejauhan, sayapun turun untuk melihat para surfer beraksi lebih dekat.

Setelah dekat tampaklah wajah-wajah pemburu ombak. Ternyata banyak juga anak kecil asal Nias yang sedang bermain di antara kumpulan orang-orang dewasa, aksi mereka pun tak kalah dengan orang dewasa dalam memainkan papan di atas air. Senja tepat berada di belakang kami, dan para peselancar yang kegirangan mendapat ombak berada tepat di depan. Setelah jeprat jepret kami berniat mengobrol bersama salah satu peselancar yang ada.



“Hello Mister, bla bla bla” dijawab dengan bahasa Indonesia. Halah ternyata si bule bisa bahasa Indonesia. Ialah Luke Christopher seorang peselancar asal Australia yang tinggal di Perbaungan, Sumatera Utara. Sudah sepuluh tahun ia tinggal di Sumatera Utara. Luke bercerita, Ombak di Lagundri dan Sorake lah yang membuatnya menginjakkan kaki di Indonesia dan enggan kembali pulang. Ia rutin mengunjungi Nias, Medan dan sesekali kembali ke Australia. Berawal dari majalah surfer yang ditunjukkan oleh ayahnya, ia bertekad ingin ke Nias sejak ia kecil.

Dari Luke juga saya ketahui kenapa ombak di sini disukai oleh peselancar dunia. Ialah karena jenis ombaknya yang bertipe point dan indicator. Point adalah istilah untuk jenis ombak yang dimiliki oleh pantai Sorake yaitu ombak yaitu jenis pantai berkarang dan di sanalah ombak akan pecah. Pecahnya ombak selalu di karang yang sama sehingga tak perlu mengira-ngira di mana ombak akan pecah. sementara Indicator adalah ombak yang dimiliki Lagundri yang berada tepat di sebelah Sorake, yaitu pantai berkarang yang memiliki ombak panjang, dan saat ombak tinggi peselncar bisa masuk ke dalam ombak tersebut. Lagundri memiliki pantai berpasir yang putih serta dipenuhi dengan pepohonan kelapa. Dari semua pantai yang memiliki tipe ini, Lagundri dan Sorake adalah yang terbaik.

Sorake dari teras penginapan


Ombak di Sorake bisa mencapai hingga 15 kaki dan memiliki suhu air yang dingin sehingga nyaman untuk surfing. “Yang paling saya sukai adalah, ombak bagus di sini selalu ada 24 jam, jadi tak perlu tunggu lama-lama. Di tempat lain kita harus tunggu hingga dua jam, dalam sehari hanya ada beberapa ombak bagus. Sangat berbeda dengan di sini,” ujar Luke. Wajar saja jika Sorake dan Lagundri sering dijadikan sebagai lokasi lomba surfing tingkat internasional.

Saya cukup puas atas jawaban-jawaban beberapa peselancar yang kami ajak bicara. Begitu juga dengan peselancar asli Nias yang mengungkapkan kekaguman mereka atas ombak di daerah mereka. Saya juga bangga bang, batin saya.

Selain Sorake dan Lagundri, di Nias Selatan juga terdapat sebuah desa adat yang memiliki budaya yang tak kalah tersohornya. Fahombo atau atraksi budaya lompat batu tak jauh dari sini.

* Edited by Bang Agif

0 komentar:

Posting Komentar