Jumat, 06 Februari 2015

Pengarungan di Green Canyon Ala Sumatera Utara

Sensasi Jeram Ngehek, Foto: Febri Hardiansyah Pohan

Bagi pecinta olahraga alam rafting, Sei bah Bolon mungkin tak asing lagi. Namun bagi orang awam yang tak kenal rafting harusnya jangan mau kalah! Sei bah Bolon tak hanya untuk pecinta rafting. Semua bisa nikmati suguhan alam yang mempesona ini.


Green Canyon adalah salah satu tempat yang masuk ke dalam wishlist saya. Pesona sungai yang diapit oleh dinding-dinding tinggi dan hijau, suasana seperti latar di film-film fantasi cukup membuat saya ngiler.
Hingga di suatu siang yang terik, di kedai kampus yang bising seorang teman tergopoh-gopoh menunjukkan android nya. “Cieee android baru, kemek-kemek lah ” ujarku menggoda. “Bukan itu, Green Canyon Ala Sumatera Utara!” sanggahnya yang ternyata menunjukkan artikel tentang sungai Sei Bah Bolon yang digadang-gadang memiliki latar mirip Green Canyon yang ada di seberang pulau sana.
What? Kemana aja kita, kok baru tahu!
Mungkin karena letaknya yang membutuhkan perhatian yang khusus dan arung jeram adalah salah satu cara untuk menikmati nya membuat tempat ini jarang mampir di lini masa.


Jeram Ngehek, Foto: Yovie Richard
Jeram Ngehek, Foto: Yovie Richard

Sei Bah Bolon terletak di perbatasan Kecamatan Sipispis dan Dolok Merawan. Sungai ini mengalir dari pegunungan Simalungun melewati kabupaten Serdang Bedagai. Jarak 90 km dari Medan itu bisa ditempuh sekitar tiga jam menggunakan kendaraan bermotor.
Saya sempat tertipu dengan artikel yang bilang jalanan di sana cukup baik. Zong! Jalanan menuju Kec Sipispis lumayan bikin merana. Mungkin menggunakan sepeda motor lebih enteng.
Kembali ke masa perencanaan tadi, bersama tim anakusu.com saya diskusikan tempat ini. Karena tak tahu banyak tentang lokasi ini, ditambah arung jeram bukanlah jenis kegiatan yang bisa dilakukan tanpa bantuan peralatan lengkap dan professional skipper,  pencarian bantuan pun dilakukan.
Cari-cari di Instagram, takdir mempertemukan saya dengan akun @jelajah_acsu. Inilah tour and adventure organizer yang membawa saya dan seorang teman mengarungi Sei Bah Bolon dari Medan.
Perjalanan pun dipersiapkan. Jika menggunakan jasa travel kita hanya perlu mempersiapkan stamina dan kebutuhan pribadi seperti makanan tambahan. Jika pergi sendiri tanpa dampingan jasa tour and travel jangan lupa semua persiapan seperti kondisi kendaraan dan mengetahui rute perjalanan.
Setelah tiga jam perjalanan, kita akan disambut dengan pos yang menyediakan semua peralatan yang kita butuhkan termasuk skipper.

Menuju Titik Awal, Foto: Febri Hardiansyah Pohan
Menuju Titik Awal, Foto: Febri Hardiansyah Pohan

Intruksi pertama yang saya terima adalah mengamankan barang-barang berharga agar tidak dibawa ber-arung jeram . Bahaya, nanti hilang. Terkecuali jika kita membawa drybag. Jika ingin mengambil gambar, sebaiknya gunakan camera under water atau handphone yang telah dilindungi anti air.
Bersama dua puluh orang yang berangkat bersama saya dari Medan tadi, kami diintruksikan lagi untuk menggunakan semua peralatan seperti helm, life jacket, dan dayung.
Menggunakan truk terbuka kami semua diboyong ke hulu sungai selama sekitar satu jam. Jalan yang dilewati pun bergelombang, sensasi terhempas gelombang jalan  dimulai.

Dinding-Dinding Menawan, Foto: Renti Rosmalis
Dinding-Dinding Menawan, Foto: Renti Rosmalis

Setelah sampai, tim akan dibagi menjadi tiga. Satu boat berisi 6 atau 7 orang. Intruksi selanjutnya adalah berkumpul dan mendengar pesan dari skipper untuk cara ber-arung jeram yang aman. Intinya, sungai ini cukup aman untuk pemula. Jika terjatuh yang harus dilakukan adalah jangan panik. “Jika terjatuh, jangan panik! Biarkan arus membawa ke aliran yang tenang,”katanya.
Setelah berdoa, pengarungan pun dimulai.
Pertama-tama kita seolah memasuki gerbang misterius yang gelap. Ah, saya berlebihan. Mungkin gerbang yang dingin, diapit dinding-dinding batu yang tinggi dan beralaskan air tenang yang hijau. Cara mendayung yang diajarkan tadi mulai kami praktikkan. “Dayung maju!” perintah skipper. “Maju-maju cantik, cantik!” tim mendayung dengan semangat.

Air Terjun Bah Gula, foto: Yovie Richard
Air Terjun Bah Gula, foto: Yovie Richard

Selama pengarungan saya tak bosan, pemandangan yang mempesona ini cukup membuat takjub. Saya tak jadi ngiler Green Canyon yang di seberang sana, pernyataan teman yang telah mengarungi keduanya cukup melegakan hati. “Green Canyon yang di Pangandaran mah kalah sama yang ini,” katanya walaupun entah itu hanya tipuan muslihat semata. Setidaknya saya terhibur.
Baru satu jam pengarungan, suara deru air semakin terdengar. Di depan ada air terjun setinggi lebih kurang 20 meter. Namanya air terjun Bah Gula.
“Masuk kita ya!” ujar skipper.
Ha? Apanya yang masuk pikirku.
Ternyata kami akan masuk ke dalam air terjun. Intruksi kali ini tak hanya dayung maju, tapi dayung mundur pun digunakan. Dayung maju dan mundur, keluar dan masuk ke air terjun ya.
Di sekitar air terjun arus cukup deras. Jadi kami harus mendayung cukup kuat dan kompak. Sensasi dihujami air terjun dari atas boat ini tak boleh dilewatkan. Sekujur tubuh basah, pemanasan yang menyenangkan.
Perjalanan kami lanjutkan hingga menemukan jeram-jeram yang cukup membuat berteriak. Terangkat dan terhempas jeram. Jika aliran tenang kami turun ke air dan berenang. Sebentar berfoto-foto di dinding-dinding yang unik. Jika haus, dinding-dinding ini banyak yang mengeluarkan mata air jernih siap santap kapan saja.

Berenang, Foto: Yovie Richard
Berenang, Foto: Yovie Richard

Ada satu jeram yang cukup berkesan di sini. Namanya jeram “ngehek”. Katanya jeram ini bisa buat kita terngehek-ngehek. Entahlah, saya pun tak begitu paham bagaimana rasanya terngehek-ngehek.
Pertama kita mendayung dengan semangat ke arah jeram di depan, menabrak arus, terangkat lalu terhempas. Lumayan pikirku.
Ingin merasakan sensasi yang lebih kami memutar arah kembali ke arus. Boat kembali ke jeram dan masuk. Terguncang oleh arus hingga boat terbalik dan jatuh. Ini baru ngehek pikirku.
Selanjutnya masih banyak jeram-jeram menanti, dinding-dinding yang bisa dijadikan tempat uji adrenalin. Ada batu setinggi sekitar 4-5 meter yang siap menyajikan lahan uji nyali dengan melompat.

Melompat dari Ketinggian, Foto: Renti Rosmalis
Melompat dari Ketinggian, Foto: Renti Rosmalis

Lima jam pengarungan cukup bagi saya. Tidak terlalu lelah, hanya kelaparan. Saya ingatkan, nanti jika ingin melakukan pengarungan pastikan kondisi perut dalam keadaan aman, Oke?
Aliran sungai membawa kami kembali ke lokasi pos, tempat semua peralatan kami. Di sana, nasi soto ayam telah menanti. Yang tak sabar langsung menyantap makanan. Yang maha sabar sanggup mengganti pakaian dulu baru makan.

Satu Tim, Foto: Yovie Richard
Satu Tim, Foto: Yovie Richard

Sambil makan kita bisa dengarkan cerita-cerita perjalanan para skipper atau mendengar cerita perjalanan teman-teman satu tim. Kemanapun mereka telah pergi, kami pernah berada di perjalanan yang sama.
Selesai makan, dan bercengkrama, hari mulai gelap. Kami bergegas kembali ke Medan. Karena lelah, biasanya mata mengantuk. Untuk yang membawa kendaraan sendiri seperti sepeda motor harus benar-benar hati-hati agar bisa lanjutkan perjalanan ke tempat-tempat indah lainnya.
Dari semua premis-premis yang saya jelaskan tadi, maka kesimpulannya. Kalian harus rasakan indahnya Sei Bah Bolon. Ingat pepatah Go someplace you’ve never been before dan bersenang-senanglah.

0 komentar:

Posting Komentar