Minggu, 07 Juli 2013

Istana Maimoon, Simbol Puncak Kejayaan Kesultanan Deli


            Sumatera masih punya kerajaan, masih punya istana. Usianya 125 tahun, masih berdiri kokoh ditengah keramaian kota Medan. Sebuah Istana yang berdiri di puncak kejayaan Kerajaan Deli. Hingga sekarang ia tetap Istana yang memiliki Raja.

Ekspansi kekuasaan bangsa Belanda pada pertengahan abad 19 berhasil merambah hingga ke Sumatera Timur. Modal besar yang Belanda peroleh dari mancanegara menjadikannya mampu membuka perkebunan tembakau di atas hutan Sumatera Timur, dinamakan Deli Maatschapij. Berhasilnya Belanda mengelolah perkebunan tersebut tak lepas dari peran Sulthan Mahmud Al Rasyid Perkasa Alamsyah, Raja Deli ke VIII yang menyepakati kerja sama pembukaan lahan oleh Belanda pada tahun 1870. Inilah cikal bakal masa jaya masyarakat Deli pada masa itu.
Berangkat dari tahun 1870 an, perkebunan berkembang subur hingga mampu menyokong perekonomian Belanda dan Kesultanan Deli. Medan pada saat itu mengembangkan gaya hidup feodalistis. Kesultanan Deli hingga Kesultanan Melayu secara keseluruhan tidak perlu bekerja keras untuk kaya secara finansial, mengingat segala kerja keras telah dilakukan pihak Deli Maatschapij (tabloid SUARA USU edisi 85).
Dari seorang pemandu wisata Istana Maimoon, Is didukung oleh Studi Tehnis Pemanfaatan Istana Maimoon Medan didapatkan penjelasan. Pada tahun 1974, kepemimpinan Deli dinobatkan pada Sulthan Ma’mun Al Rasyid Perkasa Alamsyah yang masih muda. Pada masa ini, perdagangan tembakau berada pada masa jaya hingga membawa kemakmuran kesultanan mencapai puncaknya. Sulthan memindahkan pusat kerajaan dari Pelabuhan Belawan ke Medan dan membangun singgasananya.
 Saat kemakmuran sudah berada ditangan, berbagai bangunan mulai dibangun termasuk Sekolah Arab yang sekarang dinamakan Madrasah. Satu bangunan mewah yang menjadi bukti kejayaan Kesultanan Deli pada masa itu pun ikut dibangun. Sebuah Istana dengan luas 2772 m2 dibangun di lahan seluas lima hektar pada 1888 dan diresmikan pada 1891. Bangunan ini terdiri dari tiga bagian, bagian utama, bagian kanan dan kiri. Istana Maimoon namanya. Menurut Is, pemandu wisata yang berada di Istana Maimoon, nama Istana diambil dari nama istri Sulthan yaitu Siti Maimunah “kisahnya memang mirip sama kerajaan India, Taj Mahal,” kata Is.
Istana Maimoon didesain oleh arsitektur yang juga seorang tentara KNIL. Desainnya mengikuti berbagai gaya. Mulai dari gaya istana tradisioanal melayu, gaya India Islam, dan sedikit gaya Eropa. Berhubung kesultanan merupakan khalifah atau penyebar agama islam, gaya islami terlihat di bangunan ini. Keseluruhan bangunan terlihat seperti mesjid, istana-istana di timur tengah pada masa lampau.
Pada 1924, Sulthan Ma’mun Al Rasyid Perkasa Alamsyah meninggal. Kesultanan diwarisi pada anak-anaknya. Seiring berjalannya waktu, kepemipinan bangsa Indonesia mulai dipegang oleh pemerintah. Meski begitu, kesultanan melayu tetap berjalan. “sultan bukan penguasa daerah, tapi untuk adat,” kata Is. Sekarang Kesultanan Deli dipangku oleh Sulthan Mahmud Arya Lamantutu Perkasa Alam yang masih berusia 13 tahun.
Istana Maimoon terletak di Jl. Brigjen Katamso Kecamatan Medan Baru, Medan. sekarang Istana Maimoon dihuni oleh keluarga sultan pada bagian kiri dan kanannya. Bagian utama istana bisa dikunjungi oleh masyarakat dengan membayar biaya pemeliharaan sebesar Rp 5000.
Istana Maimoon dikelilingi pagar besi setinggi satu meter. Bentuk bangunannya dari luar telihat petak dengan atap berkubah seperti mesjid. Warna hijau dan kuning mendominasi bangunan ini. Untuk bangunan islam melayu warna kuning dan hijau memang sering digunakan, sama seperti mesjid tertua di Medan, masjid Al-Osman yang juga didominasi warna hijau dan kuning. Hal ini dikarenakan warna hijau melambangkan simbol agama dan hidup daya, sementara kuning melambangkan kearifan, kebijaksanaan dan mulia.
Saat memasuki gerbang istana, sebuah pedati tua milik kesultanan parkir di halaman istana, warnanya cukup usang tapi mewah. Jalanan istana akan menuntun hingga ke tangga utama istana. Tangganya terbuat dari keramik yang didatangkan dari eropa. Keramik mahal tentunya. Setelah melewati tangga, akan ada teras istana, teras ini terbentang di kedua sisi kanan dan kiri tangga. Ada kursi dan meja di setiap terasnya. Ruang pertama yang ditemui saat masuk Istana adalah ruang berukuran sekitar 4x4 m yang di samping kiri dan dan kanannya ada kamar. Lurus dengan pintu utama, ada satu pintu lagi yang menghantarkan ke ruang utama. Sebuah ruang besar berukuran 412 m 2 dulunya ruangan ini digunakan sebagai balairung. Di ruang ini terdapat satu set lampu kristal buatan eropa yang cukup besar dan mencolok. Di dinding terdapat banyak tulisan-tulisan arab dan terdapat ukiran-ukiran bermotif geometris dan florist, begitu juga di plafonnya.
Di bagian kiri balairung terdapat singgasana sulthan yang berwarna kuning keemasan. Singgasan ini berbentuk persegi panjang lengkap dengan kubah-kubah diatasnya. Sekarang, dalam setahun dua kali sultan akan duduk di singgasan tersebut yaitu saat hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha. Di ruangan yang sama, banyak terdapat gambar-gambar Sulthan deli terdahulu dan ada juga sebuah cermin besar berbingkai warna keemasan. di sebelah kanan ruang utama, tersimpan lemari yang isinya pakaian yang pernah digunakan sulthan, dan beberapa keris dan alat musik melayu yang disimpan di dalam kotak kaca.
Lalu ada ruangan terakhir setelah ruang utama. Di sini, ada sepasang kursi raja dan ratu yang bisa diduduki oleh pengunjung. Di sudut ruangan juga terdapat lemari-lemari lama peninggalan zaman kesultanan.
Yovi Lusiana, salah seorang pengunjung dari Bandar lampung mengatakan, Istana Maimun akan lebih bagus jika tak ada penjual souvenir di dalamnya, selain itu untuk setiap benda-bena yang ada harusnya dilengkapi dengan tulisan keterangan penjelas tentang benda tersebut.
Menaggapi hal ini, Is  bilang sesegera mungkin para penjual yang merupakan keluarga sultan ini akan dipindahkan keluar. Dalam sehari pengunjung istana cukup ramai. Pengunjung biasanya berasal dari lokal, malaysia, dan turis-turis asing lainnya.
Istana Maimoon sekarang masuk dalam cagar budaya yang dilindungi di Indonesia. inilah satu peninggalan berharga yang dibuat pada masa puncak kejayaan Kerajaan Deli dis masa Kolonial.



0 komentar:

Posting Komentar